1.A
Apa itu Kegelisahan
Kegelisahan merupakan salah satu
ekspresi dari kecemasan, karena itu dalam kehidupan sehari-sehari, kegelisahan
dan juga diartikan sebagai kecemasan, kekhawatiran ataupun ketakutan, masalah
kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara
definisi daapt disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang
dinginkan tidak tercapai.
Kehidupan manusia sekarang ini
semakin maju, didukung dengan teknologi yang semakin memudahkan manusia dalam
menjalankan aktivitas dan kehidupannya sehari-hari. Gerak manusia semakin
cepat, setiap aktivitas yang dikerjakan dikontrol oleh agenda yang senantiasa
dibawa serta, mereka merasa selalu diburu waktu seakan waktu 24 jam sehari
tidaklah cukup.
Kehidupan seakan berjalan seperti rutinitas yang senantiasa harus
dilakukan untuk mencapai ‘tujuan hidup’, tanpa menyampingkan hal lain, seperti
kesehatan dan kebutuhan spiritual, hanya terfokus pada pekerjaan dengan
dipenuhi oleh pikiran kesenangan yang akan didapat di masa yang akan datang.
B. Faktor
Penyebab Kegelisahan
Bukan merupakan sebuah kepastian bahwa akar
penyebab kegelisahan selalu bermula dari faktor keluarga atau metode pendidikan
yang diterapkan oleh kedua orang tua. Bahkan, terkadang ia muncul dari diri
penderita sendiri dan itu merupakan faktor sangat dominan dan berpengaruh dalam
semua aspek keberadaan manusia sampai akhir hayatnya. Faktor
penyebab kegelisahan antara lain:
Faktor kegelisan dari dalam diri
seseorang antara lain:1. Cinta Diri
Kecintaan seseorang terhadap dirinya merupakan
hal yang wajar, namun sebagian orang telah berlebihan dalam mempertahankan
cinta tersebut, sehingga terbebani dengan berbagai macam penderitaan dan rasa
sakit. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud cinta diri adalah kecintaan
melampaui batas, perhatian berlebihan terhadap diri sendiri, dan sangat
sensitif terhadap segala hal yang berkaitan dengan itu, sehingga ia tidak
mendapati musibah yang lebih parah dari penyakit tersebut.
Ya perhatian yang berlebihan terhadap diri akan
menyebabkan munculnya keinginan buruk dalam diri seseorang, seperti ingin
meraih kecintaan dari semua manusia, mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh
dan mau melaksanakan perintahnya secara keseluruhan demi memperoleh
kerelaannya.
Dalam beberapa hadits dan riwayat Shahih disebutkan bahwa was-was dalam keadaan tertentu akan muncul sebagai akibat kelalaian seseorang dalam mengingat Allah, berpaling dari (mencari) hikmah-Nya, dan mengentengkan perintah dan larangan-Nya. Terkadang was-was juga akan muncul dari setan yang telah mengguncangkan jiwanya.
Ya, orang yang hatinya bersih dan yakin kepada
Allah tidak akan terkena penyakit ini, kecuali bila menderita cacat atau
penyakit tertentu. Dari sudut pandang agama, mengingat Allah ibarat benteng
kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari berbagai macam bahaya, seperti
penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan
dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa
muncul sebagai akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaliknya mencari
perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari dampak negatifnya.
Terkadang was-was
muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan
hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat
menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga
sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori
badannya, maka ia akan segera melawan guncangan jiwa lantaran takut akan
hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut berulang kali. Dan,
pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya pemikiran
yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa pemikiran
yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis kegelisahan yang
timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.
Mungkin, sifat malu merupakan salah satu diantara
faktor penyebab was-was, sebab seorang pemalu adalah orang yang takut berdiam
diri dan inilah yang mengharuskan kita membahas tentang sebab-sebabnya pada
anak-anak.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah
mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu
menghadapi problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini
menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk
melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian
dan cemoohan orang lain. Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara
berulang agar dapat menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya
menjerumuskannya kedalam was-was.
Dalam keadaan tertentu, perasaan tidak aman
merupakan faktor penyebab terjadinya was-was. Dengan kata lain, sebagian orang
akan menderita was-was lantaran dirinya merasakan tidak adanya keamanan.
Terkadang, perasaan semacam ini merupakan akibat dari lemahnya kepribadian dan
tidak adanya kemampuan dalam mengendalikan diri.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang
datang secara tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan
tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was.
Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran
seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya
sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.
6. Jiwa yang Lemah
Kelemahan jiwa dalam diri seseorang dapat
mencapai suatu taraf dimana ia sendiri kehilangan kekuatan untuk
mengendalikannya, sehingga kita mendapatinya dengan terpaksa menyerah dihadapan
kejadian-kejadian yang dialaminya. Ketika ia menampakkan keinginan agar seluruh
pekerjaannya sebanding dengan orang yang lebih utama darinya, maka perasaan ini
akan berubah kedalam bentuk perasaan lemah.
C.
Bagaimana Cara Mengatasi Kegelisahan
Mengatasi kegelisahan ini pertama-tama
harus mulai dari diri kita scndiri, yaitu kita
harus bersikap tenang. Dengan sikap tenang
kita dapat berpikir tenang, sehingga segala
kesulitan dapat kita atasi.
Contoh
Dokter yang menghadapi istri dan anaknya
yang sedang sakit, justru tidak dapat merasa tenang, karena ada
ancaman terhadap haknya. Dokter tidak dapat berbuat apa-apa bila
menghadapi keluarganya yang sakit, karena
ia merasa khawatir. Dalam hal ini dokter
itu harus bersikap seperti menghadapi
pasien yang bukan keluarganya.
Cara lain yang mungkin juga baik untuk digunakan
dalam mengatasi kegelisahan atau kecemasan yaitu dengan
memerlukan sedikit pemikiran; pertama-tarna, kita tanyakan kepada
diri kita sendiri (introspeksi). akibat yang paling buruk yang
bagaimanakah yang akan kita tanggung atau yang akan terjadi,
mengapa hal itu terjadi, apa penyebabnya dan sebagainya. Apabila kita
dapat menganalisa akibat yang akan ditimbulkan olch kecernasan
tersebut dan bila kita tidak dapat mengatasinya,
kita dapat mempersiapkan diri untuk
menghadapinya,karena tidak semua pengalaman
di dunia ini menyenangkan. Yang kedua kita
bersedia menerima akibatnya dengan rasa
tabah dan senang hati niscaya kecemasan
tersebut akan sima dalam jiwa kita.
Dan yang ketiga, dengan
bersama-sama berjalannya waktu kita dapat mencoba
untuk memperkecil dan mengurangi
keburukan-keburukan akibat timbulnya
kecernasan,dengan demikian kita akan tidak merasakan lagi
adanya rasa kecemasan / kegelisahan dalam jiwa.
Untuk mengatasi kegelisahan yang paling
ampuh kita memasrahkan diri kepada Tuhan.Kita
pasrahkan nasib kita sepenuhnya
kepada-Nya, kita harus percaya bahwa Tuhanlah
Maha Kuasa. Maha Pengasih, Maha penyayang dan
Maha Pengampun.
2.A Arti Harapan
A.
PENGERTIAN HARAPAN
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang
tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal
sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan,
pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing.
B. APA SEBAB MANUSIA MEMPUNYAI HARAPAN ?
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk
sosial. Setiap lahir ke dunia langusung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni
di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu
manusiapun yang luput dari pergaulan hidup. Ditengah - tengah manusia lain
itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang balk fisik/jasmani maupun mental/
spiritualnya. Ada dua hal yabg mendorong orang hidup bergaul dengan manusia
lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
Dorongan kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan
alamiah yang sudah terjelma dalam din manusia sejak manusia itu diciptakan oleh
Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, bcrkata, mempunyai
keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
Dorongan
kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan,
misalnya menangis, tertawa, bergembira dan sebagainya.
Seperti halnya orang yang menonton
Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar
penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton
tidak tertawa, harapan kedua belah pihak
gagal, justru sedihlah mereka.
Kodrat juga terdapat pada
binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena binatang dan
tumbuhan perlu makan, berkembang biak dan mati. Yang mirip
dengan kodrat manusia ialah kodrat binatang. walau
bagaimanapun juga besar sekali
perbedaannya. Perbedaan antara kedua
mahluk itu, ialah bahwa manusia
memiliki budi dan kehendak, Budi
ialah akal, kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut tidak
dapat dipisahkan, sebab bila orang akan memilih, ia harus
mengetahui lebih dahulu barang yang dipilihnya. Dengan
budinya manusia dapat mengetahui mana yang baik dan
mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang
salah, dan dengan kehendaknya manusia dapat
memilih.
Dalam diri manusia masing-masing sudah
terjelma sifat, kodrat pembawaan dan
kemampuan untuk hidup bergaul, hidup berrnasyarakat atau
hidup bcrsama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini,
maka manusia mempunyai harapan.
Dorongan
kebutuhan hidup
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup.
Kebutuhan hidup itu pada garis
besarnya dapat dibedakan menjadi kebutuhan
jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmaniah
misalnya : makan, minum. pakaian, rumah.
(sandang, pangan. dan papan). ketenangan,
hiburan, dan keberhasilan.
Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia
bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini
disebabkan. kemampuan manusia sangat terbatas,
baik kemampuan fisik/jasmaniah maupun
kemampuan berpikirnya.
Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia
mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Menurut
Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan
manusia atau kebutuhan manusia itu ialah :
a)
kelangsungan hidup (survival)
b)
keamanan ( safety)
c)
hak dan kewajiban mencintai dan dicintai
(beloving and love)
d)
diakui lingkungan (status)
e)
perwujudan cita-cita (self actualization)
Kelangsungan hidup (survival)
Untuk melangsungkan hidupnya manusia membutuhkan sandang,
pangan dan papan(tempat tinggal). Kebutuhan
kelangsungan hidup ini terlihat sejak bayi lahir.
Setiap bayi begitu lahir di bumi
menangis; ia telah mengharapkan diberi
makan/ minum. Kebutuhan akan makan/minum ini terus
berkembang sesuai dengan perkembangan hidup manusia
Sandang,
semula hanya berupa perlindungan/keamanan, untuk
melindungi dirinya dari cuaca. Tetapi dalam
perkembangan hidupnya, sandang tidak hanya
sebagai perlindungan kemanan, tetapi lebih
cendenmg kepada kebutuhan lain.
Papan yang dimaksud adalah tempat tinggal
atau rumah. Rumah kebutuhan primer manusia,
karena rumah itu sebagai tempat berlindung, dari
panas, gelap, dan sebagainya.
Untuk mencukupi kebutuhan pangan, sandang,
dan papan itu, maka manusia sejak kecil
telah mulai belajar. Dengan pengetahuan
yang tinggi harapan memperolleh pangan,
sandang, dan papan yang layak akan terpenuhi. Atau tiap
manusia perlu kerja keras dengan harapan apa yang
diinginkan : pangan, sandang dan papan yang
layak terpenuhi.
Keamanan
Setiap orang membutuhkan keamanan.Sejak seorang anak lahir ia telah
membutuhkan keamanan. Begitu lahir, dengan suara tangis, itu
pertanda minta perlindungan. Setelah agak besar, setiap anak
menangis dia akan diam setelah dipeluk oleh
ibunya. Setelah bertambah besar ia ingin
dilindungi. Rasa aman tidak harus
diwujudkan dengan perlindungan yang nampak, secara
moral pun orang lain dapat memberi rasa aman. Dalam hal ini
agama sering merupakan cara memperoleh
kemanan moril bagi pemiliknya. Walaupun secara
fisik keadaannya dalam bahaya, keyakinan bahwa Tuhan
memberikan perlindungan berarti sudah memberikan keamanan
yang diharapkan.
Hak
dan kewajiban mencintai dan dicintai
Tiap orang mempunyai hak dan kewajiban. Dengan pertumbuhan manusia maka tumbuh
pula kesadaran akan hak dan kewajiban.Karenaitu tidakjarang anak-anak remaja
mengatakan kepada ayah atau ibu. “Ibu ini kok menganggap Reny masih keeil saja,
semua diatur!” ltu suatu pertanda bahwa anak itu telah tambah kesadaran
akan hak dan kewajibannya.
Bila seorang telah menginjak dewasa, maka ia merasa sudah dewasa, sehingga
sudah saatnya mempunyai harapan untuk dicintai dan mencintai.Pada saat seperti
ini remaja banyak mengkhayal. Ia telah sadar akan keberadaannya.Pada usia itu,
biasanya terjadi konflik batin pada dirinya dengan pihak orang tua. Sebab
umumnya remaja mulai menentang sifat-sifat orang tua yang dianggap tidak sesuai
dengan alamnya.
Status
Setiap manusia membutuhkan status. Siapa, untuk apa, mengapa manusia hidup.
Dalam lagu “untuk apa” ada lirik yang berbunyi “aku ini anak siapa, mengapa aku
ini dilahirkan”, Dari bagian lirik itu kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa
setiap manusia yang lahir di bwni ini tentu akan bertanya tentang
statusnya. Status keberadaannya. Status dalam keluarga, status dalam
masyarakat, dan status dalam negara. Status itu penting, karena dengan status
orang tahu siapa dia Harga diri orang antara lain melekat pada status
orang.itu. Misalnya ada anak haram, biarpun anak haram itu tingkah lakunya baik
dan tidak berdosa sebab yang berdosa orang tuanya, namun masyarakat tetap
memberikan cap yang negatif. Bahkan ada orang yang berpendapat jangan memberi
makan/pertolongan kepada anak jadah (haram). Alangkah kejamnya manusia itu
dengan adanya harapan untuk memperoleh status ini berarti orang menguasai hak
milik nama baik, ingin berprestasi, ingin mengingkatkan harga diri, dan
sebagainya
Perwujudan
cita-cita
Selanjutnya manusia berharap diakui keberadaannya sesuai dengan keahliannya
atau kepangakatannya atau profesinya. Pada saar itu manusia
mengembangkan bakat atau kepandaiannya agar ia diterima atau diakui
kehebatannya.
b. Kenapa manusia harus mempunyai harapan dan doa
.
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya
mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. maka jelaslah
kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran. Ada jenis
pengetahuan yang dimilik seseorang, bukan karena merupakan hasil penyelidikan
sendiri, melainkan diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang
didasarkan atas orang lain itu disebabkan karma orang lain itu dapat dipercaya.
Yang diselidiki bukan lagi masalahnya, melainkan orang yang memberitahukan itu
dapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas
kewibawaannya itu disebut kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberitahu
mengenai pengetahuan itu makin besar kepercayaan.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang
dianggap diwahyukan artinya diberitahukan oleh Tuhan – langsung atau tidak
langsung kepada manusia. Kewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi
besamya . Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak
berpikir bebas, hak atas keyakinan sendiri menimbulkan juga hak ber agama
menurut keyakinan.
Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima
dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu, Dasarnya ialah keyakinan
masing-masing.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan,
pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Misalnya, Budi yang
hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli
mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang bcrlebihan tentu menjadi buah
tertawaan orang banyak, atau orang itu seperti peribahasa “Si pungguk
merindukan bulan”
Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang
mempunyai harapan, misalnya Rafiq mengharapkan nilai A dalam ujian yang akan
datang, tetapi tidak ada usaha, tidak pemah hadir kuliah. Ia menghadapi ujian
dengan santai. Bagaimana Rafiq memperoleh nilai A, lulus pun mungkin tidak.
Harapan harus berdasarkan
kepercayaan, baik
kepercayaan pada diri sendiri, maupun
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha
dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
C. Bagaimana seseorang dapat meningkatkan
kepercayaan dan suatu harapan dan doa
Dasar kepercayaan
adalah kebenaran. Sumber kebenaran
adalah manusia. Kepercayaan itu dapat
dibedakan atas :
1.
Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu
ditanarnkan setiap pribadi manusia. Percaya
pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa,
Percaya pada diri sendiri, menganggap
dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang
diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
2. Kepercayaan
kepada orang lain
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang
tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu
percaya terhadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau
terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya karena
ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu harus dipenuhi, meskipun janji
itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
3.
Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pandanganteokratis menurut etika, filsafat tingkah laku
karya Prof.Ir.Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung
memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik
kedaulatan sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban
kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai
kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan).
Pandangan demokratis mengatakanbahwa kedaulatan adalah dari rakyat,
(kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada
negara. Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang
(individu) tak berarti. Orang. mempunyai arti
hanya dalam masyarakat, negara. Hanya negara sebagai keutuhan
(totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu
disebut negara totaliter. satu-satunya yang mempunyai hak ialah negara; manusia
perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban (negara diktator)
Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun
demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber
kebenaran. Karcna itu wajarlah kalau manusia sebagai warga negara percaya
kepada negara/pemerintah.
4.
Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena
keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tctapi diciptakan oleh Tuhan.
Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaanitu amat
penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia
dcngan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak
mcmpunyai kepercayaan kcpada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan
daya kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia
berusaha agar mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus percaya
kcpada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau
pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta
seisinya merupakan konsekoensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan
pemujaan kcpada zat tersebut.
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha itu
bergantung kepada pribadi
kondisi, situasi, dan lingkungan.
Usaha itu antara lain :
a)
meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan
ibadah
b)
meningkatkan pengabdian kita kepada
masyarakat
c)
meningkatkan kecintaan kita kepada
sesama manusia dengan
jalan suka menolong. dermawan, dan
sebagainya
d)
mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan
e)
menekan perasaan negatif
seperti iri, dengki, fitnah, dan
sebagainya
3. Berikan Contoh kasus dari bahasan 1 dan 2 dalam kehidupan sehari hari .
Contoh 1 :
Didi anak laki-laki berumur 10 tahun. Ia duduk di kelas V SO. Pada suatu hari ia diberitahu ayahnya, bahwa bulan depan ayahnya dipindahkan ke kota lain. Mereka sekeluarga harus pindah. Sudah tentu Didi harus ikut. Jadi ia harus pindah sekolah di kota tempat ayahnya bertugas. Ibu Didi nampak gelisah, karena tinggal di tempat yang lama ia sudah betah, berkat adanya seorang ibu yang aktif mengumpulkan dan memajukan ibu-ibu. Lebih-Iebih Didi, karena baik di kampung maupun di sekolah Didi banyak kawannya. Karena itu ia takut kalau di tempat yang baru kelak ia tidak akan merasa betah. Bila tidak ikut pindah, akan ikut siapa, ikut pindah bagaimana di tempat yang baru nanti. Ia takut pada bayangannya sendiri.
Didi anak laki-laki berumur 10 tahun. Ia duduk di kelas V SO. Pada suatu hari ia diberitahu ayahnya, bahwa bulan depan ayahnya dipindahkan ke kota lain. Mereka sekeluarga harus pindah. Sudah tentu Didi harus ikut. Jadi ia harus pindah sekolah di kota tempat ayahnya bertugas. Ibu Didi nampak gelisah, karena tinggal di tempat yang lama ia sudah betah, berkat adanya seorang ibu yang aktif mengumpulkan dan memajukan ibu-ibu. Lebih-Iebih Didi, karena baik di kampung maupun di sekolah Didi banyak kawannya. Karena itu ia takut kalau di tempat yang baru kelak ia tidak akan merasa betah. Bila tidak ikut pindah, akan ikut siapa, ikut pindah bagaimana di tempat yang baru nanti. Ia takut pada bayangannya sendiri.
contoh 2:
Pengungsi Butuh Harapan
Kamis, 11 November 2010 | 10:14 WIB
YOGYAKARTA, KOMPAS – Para pengungsi korban letusan Gunung Merapi yang kini hidup jauh dari rumah mereka membutuhkan harapan agar bisa menghadapi keadaannya saat ini. Semua pihak seharusnya bisa membangkitkan harapan mereka dengan memberikan dorongan serta hiburan.
Hal tersebut disampaikan Guru Besar Antropologi Universitas Gadjah Mada PM Laksono, Kamis (10/11). ”Dalam fase tanggap darurat, jangan sampai pengungsi kehilangan harapan. Ciptakan harapan bagi anak-anak, perempuan, juga kelompok lanjut usia, jangan dibikin putus asa,” ujarnya. Ia mengatakan, hidup di pengungsian tidak mudah dijalani. Di dalam rumah, seburuk apa pun kondisinya, ada totalitas hidup. Di rumahnya, seorang manusia menjadi manusia yang utuh. Dia bisa bekerja. Dia punya ruang untuk dirinya sendiri, keluarga, hewan peliharaan, juga para tetangga. Bahkan, seorang nenek dan kakek yang sudah lanjut usia pun bisa tetap beraktivitas di rumahnya.
Ketika berada di pengungsian, totalitas itu tidak bisa didapat. Mereka tiba-tiba berada di ruang yang asing bersama orang-orang asing. Mereka juga tidak bisa bekerja dan beraktivitas. Dalam situasi semacam ini, seorang manusia yang secara fisik sehat akhirnya bisa menjadi sakit. ”Walau di pengungsian makan daging ayam, mereka akan lebih bahagia makan seadanya di rumahnya sendiri,” ujar Laksono.
Bagi manusia, hidup bukan sekadar persoalan makan dan minum. Oleh karena itu, selain menjamin terpenuhinya kebutuhan makan dan minum, pengungsi harus didorong untuk memiliki harapan akan masa depan mereka pascapengungsian. Menurutnya, semua pihak bisa berperan dalam menciptakan harapan. Media, misalnya, sesungguhnya punya tanggung jawab untuk membangkitkan harapan pengungsi. Dalam suatu bencana, media mestinya bisa memberikan informasi yang menenangkan warga. Media seharusnya tidak semakin menambah kecemasan warga dengan informasi yang diberikan.
Media juga bisa mendedikasikan dirinya untuk menyajikan informasi sederhana yang berguna bagi pengungsi. ”Misalnya, informasi tentang jalur evakuasi, atau informasi tentang nomor telepon dan alamat penting,” tuturnya. (ARA)
Sumber :
Komentar
Posting Komentar